Jumat, 23 November 2012

Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agama dalam Novel "Ayat Ayat Cinta" karya Habiburrahman El-Shirazy [Sastra]


KATA PENGANTAR

            Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan resensi novel dengan judul  “Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agama dari novel Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy, tepat pada waktunya. Karya tulis yang berupa resensi ini, dimaksudkan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, terutama pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia.
            Dalam penyusunan resensi ini, tidak ada sedikit hambatan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan resensi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1.      Ibu Novalina S.Pd selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.
2.      Orang tua yang telah turut membantu, membimbing dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Penyusunan resensi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan resensi ini di masa yang akan datang.Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini  Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

                                                                                              Ciamis, 16 November 2012
                                                                                                           
                       
                                                                                               
                                                                                                  Prilian Argita Salamah



BAB 1
PENDAHULUAN


1.1      Latar Belakang
Sastrawan di Indonesia sangatlah hebat. Banyaknya sastrawan di Indonesia yang mencapai kurang lebih 1745 sastrawan, membuat Indonesia dijuluki dengan Negara Sastrawan.  Sastrawan adalah orang-orang yang menghasilkan karya sastra. Kehadiran sastra ditengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realita ocial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah seni yang memiliki budi, imajinasi dan emosi, tetapi juga dianggap sebagai suatu karya yang kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi.
            Sastra diciptakan manusia sekaligus membicarakan manusia dengan segala problematikanya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat untuk dinikmati, dipahami,dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra yang lahir di masyarakat akan selalu melibatkan diri pada masyarakat. Sastra membantu memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Sastra sebagai bentuk seni kelahirannya bersumber dari masyarakat dan kehidupan yang bertata nilai, yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai sehingga ada suatu ikatan yang kuat antara cipta seni (sastra) dengan kehidupan. Pembentukan tata nilai ini akan menambah kearifan dan kebijakan manusia.
            Karya Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni ( Wellek & Warren, 1999:3 ). Dikatakan sebuah karya seni karena memiliki suatu nilai keindahan dalam karya tersebut. Meskipun demikian, karya seni juga memiliki cakupan yang cukup luas. Dengan definisi ini, seni lukis dan seni pahat, misalnya masih termasuk dalam kategori karya sastra. Hal ini memang merepotkan. Oleh karena itu, para ahli mempersempit definisi ini dengan mengatakan bahwa karya seni yang termasuk dalam karya sastra adalah karya yang berupa hasil imajinasi atau menulis kreatif ( Bachrudin, 2008:22 ). Melalui pembatasan seperti ini, buku telepon dan buku resep masakan tentunya tidak termasuk dalam kategori karya sastra. Begitu pula dengan berbagai jenis lukisan dan seni pahat yang tidak berbentuk tulisan. Objek yang termasuk karya sastra adalah puisi, drama, prosa fiksi, dan berbagai jenis karya tulis imajinatif lainnya.
Satu diantara karya sastra yang menarik adalah novel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah. Novel merupakan teks fiksi yang lahir dari daya cipta, imajinatif, kreatif, dan eksploratif pengarang untuk menyampaikan segala kehendak atau segala yang menggejala dalam kesadaran batin pengarang. Penyampaian tersebut dinyatakan lewat unsur-unsur fiksional yang berlaku atau telah menjadi konveksi dalam penulisan prosa, sehingga terwujud dalam bentuk artefak sastra yang memuat unsur kreatif.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan resensi terhadap sebuah karya sastra yang berbentuk novel dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agma dari novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Harapan penulis, hasil resensi ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam memahami sebuah karya sastra. Pada sisi lain, karya tulis ini dapat member sumbangan dalam pembelajaran Sastra Indonesia.
1.2      Rumusan Masalah
Dalam novel yang berjudul “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy, maka yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana unsur intrinsik dan nilai agama yang terdapat dalam novel tersebut?”
1.3       Tujuan
1.1.1    Memberi informasi kepada pembaca mengenai kelebihan dan kekurangan novel.
1.1.2     Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan dalam membuat resensi.
1.1.3     Memahami konflik-konflik yang terdapat di dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.


BAB 2
GAMBARAN UMUM

2.1     Identitas Buku
a.       Judul Buku                        : Ayat Ayat Cinta
b.      Jenis Buku                         : Novel
c.       Pengarang                         : Habiburrahman El-Shirazy
d.      Penerbit                             : Republika
e.       Percetakan                        : PT Intermasa
f.       Editor                                : Anif Sirsaeba A
g.      Desain Cover dan Isi         : Abdul Basith El Qudsy
h.      Tahun Terbit                      : Desember 2004
i.        Tebal                                : 419 halaman
j.        Panjang dan Lebar            : 20,5 cm x 13,5 cm
k.      Angkatan                          : 2000
2.2    Biografi  Pengarang
            Habiburrahman EL-Shirazy, lahir di Semarang 30 September 1976. Habiburrahman El-Shirazy atau lebih dikenal dengan nama Kang Abik, merupakan seorang penulis novel terkenal di Indonesia. Dia bahkan dinobatkan  sebagai Novelis No.1 Indonesia oleh Insani Universitas Diponegoro (UNDIP).
Habiburrahman El-Shirazy memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Maranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Maranggen, Demak di bawah asuhan KH.Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992, ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta.
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, pada tahun 1995 ia melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir jurusan Hadist Fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999.
Gelar Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah Kang Abik lulus Strata 2 (S2) dari Institute for Islamic Studies, Cairo pada tahun 2001. Profil karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan majalah baik lokal maupun Nasional seperti Solo Pos, Republika, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah, dll. Selain dikenal sebagai seorang novelis, Habiburrahman El-Shirazy juga dikenal khalayak umum sebagai seorang penyair, dai, bahkan sutradara.
Banyak sekali karya-karyanya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat, antara lain : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat Ayat Cinta (2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010), dan The Romance.
2.3     Sinopsis
            Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo yang berasal dari Indonesia. Dia tinggal di sebuah flat sederhana bersama keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia. Fahri adalah orang yang “lurus” dan sangat disiplin terhadap peta hidupnya. Dari peta hidupnya itu, tersurat bahwa tujuan utama yang ingin dia capai adalah lulus S2 di Al-Azhar. Namun, Fahri nampaknya tidak bisa lepas dari kisah percintaan yang dia alami di Mesir yang rupanya sudah menjadi qadha baginya.
            Wanita pertama yang ikut bersandiwara dalam kisah percintaannya adalah Maria. Gadis Kristen Koptik yang mengagumi Al-Qur’an itu adalah tetangga satu flat Fahri. Keluarga Maria sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Kekagumannya terhadap Fahri berubah menjadi cinta. Sayang, cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.
            Selain Maria, ada Nurul yang juga jatuh cinta pada Fahri. Sebenarnya, Fahri juga menaruh hati pada gadis manis ini, anak seorang kyai terkenal itu. Namun, Fahri tidak pernah menunjukkan perasaannya karena rasa mindernya yang hanya anak seorang petani.
            Setelah itu ada Noura. Noura juga merupakan tetangga Fahri yang selalu di siksa ayahnya sendiri. Fahri hanya bersimpati pada Noura dan ingin menolongnya, tidak lebih. Namun, Noura mengharap lebih. Inilah yang menjadi masalah besar ketika Fahri harus mendekam di penjara karena Noura menuduh Fahri memperkosanya.
            Yang terakhir adalah Aisha. Dia lah gadis yang di pilih Fahri untuk menjadi pendamping hidupnya. Kisah perjumpaanya dengan Aisha di mulai dari pertemuan di Metro sampai perjodohannya oleh rekannya sendiri yang merupakan paman Aisha, Eqbal. Aisha jatuh cinta pada Fahri dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
            Saat tertimpa musibah, saat Fahri di penjara atas tuduhan dari Noura, saat itulah Fahri di uji oleh Tuhannya. Namun, musibah itu justru memperkuat imannya. Dan saat peristiwa itu lah yang melibatkan Maria sebagai saksi kunci Fahri yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Maria yang sedang sekarat karena merindukan Fahri tidak bisa hadir dalam persidangan. Hal ini yang juga menjadi ujian kesetiaan cintanya pada Aisha karena hanya dengan sentuhan dan ucapan sayang dari Fahri, Maria dapat tersadar.
            Fahri pun menikahi Maria. Dari diary Maria, Fahri tahu betapa Maria sangat mencintainya. Saat itu lah Maria dapat hadir dalam persidangan untuk menjadi saksi yang pada akhirnya dapat membebaskan Fahri.
            Fahri, Aisha, dan Maria hidup bahagia. Namun, Sang Khalik memiliki kehendak yang lain. Penyakit Maria kembali kambuh dan ia pun meninggal dunia. Ia meninggal saat sedang memiliki wudhu dan meninggal dalam keadaan islam.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1.  Unsur- Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi- informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra itu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra.
 3.1.1 Tema
Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pembuat cerita didalam sebuah karya tulis, novel, cerpen, puisi. Tema biasa didapat dari suatu  keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari suatu obyek peristiwa kejadian atau lainnya .(Aminuddin, 2010:91).  Berdasarkan pemahaman dari referensi yang lain dinyatakan bahwa tema sebagai satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang didasarkan pada sebuah karya sastra dan diungkapkan langsung maupun tidak langsung. Tema cerita bermacam-macam, diantaranya kepahlawanan, perjuangan, percintaan, kehidupan sosial,dan sebagainya.                    
Tema cerita dari novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy adalah tentang percintaan dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Hal ini dapat kita lihat dengan empat orang wanita yang sama-sama menyukai satu orang pria yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik serta menjadi idaman bagi setiap wanita.
3.1.2 Alur / Plot
      Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya  dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. (Nurgiyantoro, 1995 : 113). Alur dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya :
Ø    Alur Maju
Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga akhir.
Ø    Alur Mundur
Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flashback. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya.
Ø       Alur Campuran
Alur campuran merupakan alur yang dimulai dari awal/masa sekarang, masa lalu, kembali ke masa sekarang, kemudian masa depan.
Alur yang digunakan dalam novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman
El-Shirazy adalah alur campuran. Berikut kutipannya:
Kutipan 1
Sedangkan Saiful yang waktu SMP pernah diajak ayahnya ke Turki bercerita tentang indahnya malam di teluk Borpolus. Ia bercerita detil teluk Borporus. Lalu mengajak kami membayangkan bagaimana Sultan Muhammad Al-Fatir Konstantinopel dengan memindahkan puluhan kapal di malam hari lewat daratan dan menjadikan kapal itu jembatan untuk menembus benteng pertahanan Konstantinopel. (Habiburrahman, 2004 : 73).

Kutipan 2
Ada pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. Aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia. Sebelum kenal Cairo, aku adalah orang desa yang tidak kenal dengan namanya kado. Di desa, hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi suatu nikmat        anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen mangga yang semua tetangga dikasih biar ikut merasakan. (Habiburrahman, 2004 : 115).

Dari kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa alur yang digunakan dalan novel Ayat Ayat Cinta adalah alur campuran. Pada awal memang menggunakan alur maju. Tapi, disisi lain pengarang sering memperlihatkan kisah masa lalu dari tokoh-tokoh novel tersebut, sehingga kita ikut terhanyut flashback ke masa lalu itu.
3.1.3  Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadat, dan sebagainnya. (Kutha, 2007:165). Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.            
 Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
Tokoh pendukung adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
Tokoh utama dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah :
Ø Fahri yang Bijaksana
Fahri merupakan seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo yang berasal dari Indonesia. Watak  Fahri adalah orang yang ulet dan  berpendidikan.Dalam cerita, saat itu Fahri sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan tesis. Agar semua cita-citanya tercapai, dia membuat rancangan hidup hingga sepuluh tahun ke depan. Berikut kutipannya :

Masing-masing penghuni flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di organisasi manapun, juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membaca bahan tesis, talaqqi qiraah sab’ah, menerjemah, diskusi intern dengan teman- teman mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh S2 danS3 di Cairo. (Habiburrahman, 2004 : 20).

Fahri juga sosok seorang pemimpin. Dalam flat yangberanggotakan lima orang, dia berperan sebagai kepala rumah tangga. Berikut kutipannya :

Sebagai yang dipercaya untuk jadi kepala rumah keluarga, meskipun tanpa seorang ibu rumah tangga, aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan anggota. Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Kebetulan  aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al-Azhar… (Habiburrahman, 2004 : 19).

Dari kutipan diatas, tokoh Fahri ini dapat diteladani oleh pembaca. Tokoh ini dapat memberi inspirasi kepada pembaca karena sikapnya yang ulet membuat dia disiplin terhadap rancangan hidupnya. Karena orang yang disiplin hidupnya, akhirnya akan hidup sukses.
Ø Aisha yang Sholehah
Aisha pada awal cerita adalah seorang perempuan yang menolong nenek bule yang tidak memiliki tempat duduk di metro. Hal ini tampak bahwa watak Aisha adalah orang yang menghargai orang yang lebih tua. Bisa dilihat dalam kutipan berikut :

Nenek bule kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk menggelosor di lantai. Belum sempat nenek bule itu menggelosor, tiba-tiba perempuan bercadar itu  berteriak mencegahnya. (Habiburrahman, 2004 : 41).

Aisha juga orang yang suka mengajarkan kebaikan. Ia melakukan pertemuan dengan Fahri dan Alicia, bule yang waktu itu bertemu di metro, untuk membahas seputar agama islam. Berikut kutipannya :

…Berkaitan dengan Alicia yang katanya ingin berbincang seputar islam dan ajaran moral yang dibawanya. Alicia ingin sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di atas metro itu. Aisha memohon dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan baik untuk menjelaskan islam yang sebenarnya pada orang Barat. (Habiburrahman, 2004 : 91).

Dari kutipan diatas, bisa diketahui bahwa watak tokoh Aisha ini adalah suka tolong menolong terhadap sesama manusia dan suka mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Tokoh ini dapat diteladani oleh pembaca karena sikapnya yang suka menolong orang yang sedang dalam kesusahan tanpa memandang suku bangsa maupun agama.
Ø  Maria yang Baik Hati
Maria merupakan sosok perempuan yang sangat sopan, baik dalam berpakaian maupun dalam bertingkah laku, seperti layaknya seorang muslimah. Berikut kutipannya:

Dalam hal etika berbicara dan bergaul terkadang ia lebih islami daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali ku dengar ia tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan,           dan rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit. Hanya saja, dia tidak memakai jilbab.... (Habiburrahman, 2004 : 25).

Maria juga seorang wanita yang perhatian, khususnya kepada Fahri, orang yang ia cintai. Berikut kutipannya :

Maria tiada berkedip memandangi diriku yang terbujur tiada berdaya seperti bayi. Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah dan pipinya basah. (Habiburrahman, 2004 : 176).

Dari kutipan diatas, tokoh Maria patut diteladani oleh pembaca karena ia mempunyai perilaku yang baik dalam pergaulan maupun berpakaian. Selain itu, dia juga sangat menghormati Al-Quran. Penghormatannya pada Al-Quran bahkan melebihi beberapa intelektual muslim. Dia selalu mengucapkan hal-hal yang positif tentang islam.
Ø  Nurul yang Tertutup
Nurul adalah mahasiswi Al-Azhar yang berasal dari Indonesia. Sosok Nurul  adalah orang yang suka memendam perasaannya. Ia jatuh cinta kepada Fahri. Hal itu telah ia sampaikan kepada pamannya, agar pamannya menjelaskan kepada Fahri. Namun, karena sesuatu hal, penyampaian itu sudah terlambat. Berikut kutipannya :

“Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu ia sebut dalam doa-doanya, yang membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidut entah kenapa, adalah FAHRI BIN ABDULLAH SHIDDIQ !”. Mendengar namaku yang disebut, aku bagaikan mendengar gelegar petir menyambar telingaku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar dari lisan Ustadz Jalal. (Habiburrahman, 2004 : 230).

Dari kutipan diatas, bisa diketahui bahwa Nurul adalah mahasiswi Al-Azhar  yang berasal dari Indonesia. Dia anak yang baik dan pintar. Dia juga sosok orang yang suka memendam perasaannya. Ketika pamannya akan menjelaskan tentang perasaan Nurul yang jatuh cinta kepada Fahri, tetapi penyampaian itu sia-sia karena  Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Perilaku itu sebaiknya jangan di tiru, karena lebih baik kita jujur dan terbuka daripada pada akhirnya kita harus menyesal.
Ø  Noura yang Malang
Noura merupakan mahasiswi Al-Azhar. Sosok seorang Noura adalah orang yang pintar, namun nasibnya selama ini sangat malang sekali. Dia sering disiksa oleh ayahnya yang bernama Bahadur. Berikut kutipannya:

Kami kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. Namanya Noura. Nama yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tidak seindah nama dan paras wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma’had Al-Azhar putri. Sekarang sedang libur musim panas…(Habiburrahman, 2004 : 73).

Meskipun nasibnya sangat malang, tetapi disisi lain dia juga orang yang kejam. Ia menuduh Fahri yang melakukan pemerkosaan kepadanya. Berikut kutipannya:

“Saya telah beberapa kali minta pertanggung jawabannya dan menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Saya menuntut janjinya yang mau mengawini saya, tenyata ia berkelit. Ia bahkan menuduh saya pelacur. Uang dua puluh pound yang dia berikan itu ia anggap sebagai harga diri saya. Betapa remuk dan hancur hati saya. Dia malah menikah dengan gadis Turki. Dia benar-benar manusia yang sangat busuk hatinya. Saya minta kepada pengadilan untuk memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatan terkutuknya !”. (Habiburrahman, 2004 : 336).

Dari kutipan diatas, bisa diketahui watak dari Noura. Tokoh ini tidak baik untuk kita tiru, meskipun cintanya tidak terbalas, sebaiknya dia  jangan membawa orang yang tidak bersalah ke masalah yang sedang dia hadapi.
3.1.4  Latar / Setting
Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Latar dibagi menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar  suasana.
Ø  Latar Tempat
Merupakan suatu unsur intrinsik dalam sebuah cerita yang menunjukkan suatu tempat dalam rentangan kejadian dalam cerita. Latar tempat yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta, yaitu :
·         Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq
       Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara Cairo adalah tempat mengaji, talaqqi dan belajar qiraah sab’ah Fahri kepada para ulama besar. Berikut kutipannya :

Dengan tekad bulat, setelah mengusir rasa aras-arasen aku bersiap untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah dan ushul tafsir... (Habiburrahman, 2004 : 16).
·         Mahathah Metro
Metro ini adalah bus yang sering ditumpangi Fahri, karena menurutnya metro termasuk kendaran yang nyaman dan ongkosnya pun murah. Berikut kutipannya :

Di luar masjid, terik matahari dan gelombang angin panas langsung menyerang. Cepat-cepat kuanyunkan kaki, berlari-lari kecil menuju mahathah metro yang berada tiga puluh lima meter dihadapanku. Ups, sampai juga akhirnya. Aku langsung menuju loket penjualan tiket. (Habiburrahman, 2004 : 32).
·          Flat
Flat merupakan tempat tinggal Fahri dan lima orang teman-temannya yang berasal dari Indonesia. Flat ini terletak di Kota Cairo. Berikut kutipannya :

Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekedar untuk shalat berjamaah di masjid. Panggilan azan Zuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakan hati mereka yang benar-benar tebal imannya…(Habiburrahman, 2004 : 15).
·         Rumah Sakit
Rumah sakit ini adalah tempat Maria dirawat yang dimana Fahri pun pernah di rawat di rumah sakit ini Berikut kutipannya :

Rumah sakit ini adalah tempat Maria dirawat adalah rumah sakit tempat aku dulu dirawat. Begitu sampai disana Madame Nahed langsung meminta temannya untuk memeriksa kesehatanku. Aku sempat minta kepada Madame Nahed menghubungi Aisha yang tinggal di rumah Paman Eqbal yang tak jauh dari rumah sakit. Seorang dokter memeriksa tekanan darahku dan lain sebagainya dengan proses yang cepat…(Habiburrahman, 2004 : 367).
Ø  Latar Waktu
Merupakan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita atau dongeng. Latar waktu yang dipaparkan penulis dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah pada pagi hari, siang, sore, dan malam hari.
·         Pagi dini hari
Pagi dini hari yaitu ketika Fahri dan teman-temannya mendengar Noura disiksa oleh Bahadur. Berikut kutipannya :

Tepat pukul satu dini hari kami melihat hal yang membuat hati miris. Noura disiksa dan diseret dini hari ke jalan oleh ayahnya dan kakak perempuannya. (Habiburrahman, 2004 : 74).
·         Siang hari
Siang hari adalah ketika Fahri selalu melakukan aktivitas hariannya. Berikut kutipannya :
Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen aku bersiap untuk   keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung Kota Cairo untuk talaqqi pada Syaikh Utsman Abdul Fathah... (Habiburrahman, 2004 : 16).
·         Sore hari
 Sore hari adalah ketika Fahri pulang ke flatnya. Berikut kutipannya :

…Aku lupa belum sarapan sejak pagi. Sampai di halaman apartemen aku sempat melihat jam tangan. Pukul tiga seperempat. Kepalaku seperti di tusuk tembak berkarat. Sangat sakit. Begitu membuka pintu rumah, aku merasa tidak kuat melangkahkan kaki. Kepala terasa seperti digencet palu tajam. Lalu aku tidak tahu apa yang terjadi. Mataku menangkap kilatan cahaya putih lalu gelap. (Habiburrahman, 2004 : 173).
·         Malam hari

Pada malam hari, Fahri makan bersama teman satu flatnya. Berikut kutipannya:
Tepat tengah malam, kami pergi ke suthuh. Membawa tikar, nampan besar, empat gelas plastic, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firoh masywi yang masih hangat dan sedap baunya. Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar diatas nampan. Sambal ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa acar dan lalapan mentimun. Satu ayam untuk dua orang. (Habiburrahman, 2004 : 71).
Ø  Latar Suasana
Merupakan suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring atau latar belakang kejadian penting. Suasana di dalam novel Ayat Ayat Cinta ini lebih di dominasi dengan haru. Suasana-suasana lain yang tampak pada novel tersebut adalah senang, sedih, bahagia, dan mencekam.
·         Senang
Suasana senang tampak ketika Fahri lulus dan bisa menulis tesis. Berikut kutipannya :
“Mabruk. Kamu lulus. Kamu bisa menulis tesis. Tadi sore pengumumannya keluar”. Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras ke dalam ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu aku bersujud syukur dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan Tuhan...(Habiburrahman, 2004 : 69 – 70).
·         Sedih
Suasana sedih tampak pada Maria yang merasakan sakit hati pada Fahri hingga Maria koma di rumah sakit. Berikut kutipannya :
Aku tak mampu menatapnya. Maria yang kulihat itu tidak seperti Maria yang dulu. Ia tampak kurus. Mukanya pucat dan layu. Tak ada senyum di bibirnya. Matanya terpejam rapat. Air matanya terus meleleh. Entah kenapa tiba-tiba mataku basah. Seorang dokter setengah baya memintaku untuk berbicara dengan suara yang datang dari jiwa agar bisa masuk ke dalam jiwa Maria. “Ini penyakit cinta, hanya bisa disembuhkan dengan getaran-getaran cinta.” katanya padaku. (Habiburrahman, 2004 : 367).
·         Mencekam
Suasana mencekam tampak ketika Fahri berada di sel tahanan. Berikut kutipannya:

Polisi gendut melepas pakaianku. Lalu menyuruhku berdiri menghadap tembok. Setelah itu aku merasakan sebetan cambuk yang perih di punggungku. Tidak sepuluh kali tapi lima belas kali. Aku merasakan sakit luar biasa. Mereka lalu melepas borgolku dan menyeretku ke sebuah ruangan, melicuti semua pakaianku kecuali pakaian dalam, juga sepatuku. Dalam keadaan hanya memakai celana dalam mereka menggunduliku. Lalu melempar seragam tahanan ke arahku. (Habiburrahman, 2004 : 310).
3.1.5  Sudut Pandang
Sudut Pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya (Aminuddin, 2010:90). Dalam cerita fiksi, mungkin saja pengarang hadir di dalam cerita yang diciptakannya sebagai pelaku pertama atau mungkin ketiga.
Dalam novel Ayat Ayat Cinta, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yang ditandai dengan penggunaan kata “Aku” dalam cerita ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang menceritakan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan yang menyangkut diri pelaku secara lebih jelas. Berikut kutipannya :
Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar  mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang beterbangan.Suasana yang jauh dari nyaman. Namun niatku harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu ‘ala Allah, pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan… Wuss! (Habiburrahman, 2004 : 18).
3.1.6  Gaya Bahasa
    Gaya Bahasa atau Majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini cukup sempurna, kata-kata bahasanya berpadu tanpa ada unsur yang membosankan. Dalam novel Ayat Ayat Cinta, gaya bahasa yang digunakan pengarang adalah sebagai berikut
·         Gaya Bahasa Hiperbola
 Adalah suatu jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang sengaja dilebih-lebihkan, baik dari segi jumlahnya, ukurannya maupun sifatnya dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat. (Tarigan, 2009:55). Gaya bahasa tersebut terdapat dalam penggalan kata berikut :
Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat Zuhur. Panasnya bukan main. (Habiburrahman, 2004 : 22).

Dalam penggalan teks di atas terdapat kata bukan main, yang terkandung maksud bahwa pada saat zuhur terlalu panas dan tidak dapat ditentukan berapa derajat suhunya. Kelompok kata itu merupakan pembentuk gaya bahasa hiperbola.
·         Gaya Bahasa Litotes
Adalah salah satu jenis gaya bahasa yang berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja disederhanakan, dikecil-kecilkan, atau dikurangi yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri. Gaya Bahasa Litotes ditemukan dalam novel Ayat Ayat Cinta, dalam penggalan kata berikut :
Peninggalan kakek yang sangat sederhana dan sawah seperempat bahu. (Habiburrahman, 2004 : 108).

Pada penggalan teks tersebut terdapat ungkapan yang bertujuan untuk    merendahkan diri yaitu sawah seperempat bahu.
·         Gaya Bahasa Simile
Adalah gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan atau penghubung seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat. Gaya bahasa simile ditemukan dalam novel Ayat Ayat Cinta, dalam penggalan kata berikut :
Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. (Habiburrahman, 2004 : 15).

Dalam penggalan teks diatas, terdapat gaya bahasa perumpamaan /simile. Hal ini ditandai dengan adanya kata hubung seakan. Kata seakan adalah ciri dari gaya bahasa simile.
·         Gaya Bahasa Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat- sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup.  Gaya bahasa ini tedapat dalam novel Ayat Ayat Cinta. Berikut penggalan katanya :
Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat- jilat bumi. (Habiburrahman, 2004 : 15).
Dalam penggalan teks diatas, terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu lidah api yang seolah-olah berperilaku seperti manusia yakni menjulur dan menjilat-jilat. Hal ini yang dipaparkan dalam penggalan teks itu menandakan bahwa lidah api atau sinar matahari yang bersinar ke bumi.
·         Gaya Bahasa Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung yang memiliki sifat yang sama, tetapi dalam bentuk singkat. Hal ini ditemukan dalam penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa metafora dalam novel Ayat Ayat Cinta. Berikut penggalan teks yang bergaya bahasa metafora :
Matahari berpijar di tengah petala langit. (Habiburrahman, 2004 : 15).

Pada penggalan teks diatas terdapat petala langit yang berarti tingkatan langit yang paling tinggi sehingga kedudukan matahari disamakan dengan petala langit yang tingkatnya tinggi dan jauh.
 3.1.7  Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberi ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini adalah :
·         Selalu berusaha dan bekerja keras jika kamu ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan.
·         Harus selalu bersabar dalam menghadapi kehidupan serta  ikhlas dalam menjalaninya dan jangan putus asa.
·         Dalam merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan yang menghadang tujuan yang akan dicapai tidak akan berjalan dengan mulus.

3.2   Nilai Agama
          Suatu nilai lebih menitik beratkan pada keagamaan. Nilai agama adalah nilai-nilai yang terdapat di luar karya sastra yang meliputi nilai dan norma, kerohanian, dan keagamaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Dalam novel “Ayat Ayat Cinta “ mengandung nilai agama yang tinggi yang terdapat pada tokoh utamanya, yaitu Fahri. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah sebagai berikut:
·         Bertawakal Kepada Allah SWT
      Bertawakal kepada Allah merupakan pengakuan atau keyakinan terhadap adanya Allah. Dalam novel Ayat Ayat Cinta dilukiskan tentang Fahri yang mencari ilmu keislaman dengan belajar membaca Al-Quran. Mencari ilmu keislaman di Mesir tidak mudah bagi mahasiswa Indonesia karena harus melawan panasnya suhu. Mengingat Fahri mahasiswa yang berasal dari Indonesia, tentu keadaan itu sangat  menyiksa.
Namun, dengan kemauan yang kuat dan sikap bertawakal kepada Allah, Fahri  tetap berangkat untuk mengaji meskipun suhu udara di luar panas sekali disertai dengan angin kencang. Cuaca panas itu sempat membuat Fahri ragu untuk berangkat mengaji. Tetapi dengan menyebut nama Allah dan bertawakal kepada-Nya, Fahri pun berangkat mengaji. Berikut kutipannya :

Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang beterbangan.Suasana yang jauh dari nyaman. Namun niat harus dibulatkan. Bismillah             tawakkaltu ‘ala Allah, pelan- pelan kubuka pintu apartemen. Dan… (Habiburrahman, 2004 : 18).

Dari kutipan di atas apa pun keadaannya, Fahri selalu bertawakal kepada. Dengan bertawakal seperti itu, segala sesuatunya akan terasa menjadi ringan. Dengan mengucapkan bismillah tawakkaltu ’ala Allah, yang artinya dengan menyebut nama Allah, Fahri pun menguatkan niatnya pergi untuk mengaji.
·         Sabar Dalam Menghadapi Cobaan
Kata sabar mengandung makna ikhtiar. Kata sabar juga mengandung pengertian ikhlas, yaitu ihklas menerima semua keputusan Allah. Sabar dalam novel Ayat Ayat Cinta digambarkan dengan bagaimana Fahri dalam menghadapi cobaan. Ia difitnah telah memperkosa Noura. Akibat dari fitnahan itu, Fahri harus mendekam di penjara. Ia didakwa akan dihukum mati dengan cara dihukum gantung sesuai dengan hukum yang berlaku di Mesir. Ikhlas dan sabar dalam menerima cobaan dari Allah tampak ketika Fahri sedang berada di dalam penjara. Kemudian, ia dikunjungi oleh Aisha dan Paman Eqbal. Berikut kutipannya :

Apapun yang akan terjadi aku harus siap menerimanya.Untuk membesarkan hati, aku kembali mengingat kisah Nabi Yahya yang mati muda, kepalanya dipenggal dan dihadiahkan kepada seorang pelacur. Kalau kehidupan dunia adalah segalanya maka kesalehan seorang nabi tiada artinya. (Habiburrahman, 2004 : 355).

Dari kutipan di atas bisa digambarkan keikhlasan dan kesabaran Fahri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Cobaan yang diberikan oleh Allah kepada dirinya merupakan ujian yang harus dihadapi dengan ikhlas dan sabar. 
·         Pentingnya Mencari Ilmu
Mencari ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban. Bahkan, dalam salah satu Hadis Nabi disebutkan bahwa ”Mencari ilmu itu diwajibkan bagi muslim dan muslimat”. (H.R. Bukhari Muslim). Pentingnya  mencari ilmu dalam novel Ayat Ayat Cinta ini bisa dilihat dari Fahri dan teman-temannya yang bersekolah sampai ke negara Mesir. Teman Fahri, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah, sedang menempuh progam S-1 di Universitas Al-Azhar. Sementara itu, Fahri sedang merampungkan magisternya di Universitas Al-Azhar. Berikut kutipannya :

Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi dan Mishbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master Al-Azhar. Yang lain masih program S.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc. Atau Licence… (Habiburrahman, 2004 : 19).

Kutipan diatas menunjukkan pentingnya mencari ilmu seperti yang digambarkan oleh Fahri dan teman-temannya yang mencari ilmu sampai ke Negara Mesir. Dalam islam, mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Rasulullah SAW pernah berkata kepada sahabatnya “Carilah ilmu itu meskipun sampai ke Negara Cina”.
·         Menghormati Tamu
Akhlak yang diteladankan Rasulullah, diantaranya menghormati tamu. Nabi Muhammad pernah berkata kepada sahabatnya bahwa kelak kalau membangun Mesir harus ditanamkan sikap halus dan ramah kepada masyarakatnya. Hal tersebut terlihat pada Fahri. Berikut kutipannya :

“Terus terang, aku sangat kecewa pada kalian ! Ternyata sifat kalian tidak seperti yang digambarkan Baginda Nabi. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang Mesir sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepada sahabatnya, jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah. Tapi ternyata kalian sangat kasar… (Habiburrahman, 2004 : 47).

Dari kutipan tersebut diterangkan bagaimana cara menghormati tamu dengan tidak memandang suku bangsa maupun agama. Setiap manusia harus saling menghargai dan menghormat.
·         Menghormati dan Menghargai Perempuan
Dalam novel Ayat Ayat Cinta, Fahri dengan panjang lebar menerangkan kepada Alicia dan Aisha tentang harus menghormati perempuan menurut islam. Alicia menyampaikan pertanyaannya kepada Fahri karena di Amerika berkembang pendapat tentang Islam yang melecehkan perempuan. Menurut sebagian besar orang-orang Amerika, dalam ajaran Islam seorang suami memperbolehkan memukul istrinya. Fahri menjelaskan kepada Alicia dan Aisha tentang bagaimana Islam  memandang perempuan. Berikut kutipannya :

“Tidak benar ajaran islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradab itu. Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya bersabda, ‘La tadhribu imaallah!’ Maknanya, Jangan kalian pukul kaum perempuan !’ Dalam hadis yang lain, beliau menjelaskan bahawa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada istrinya…(Habiburrahman, 2004 : 97).

Dari kutipan diatas, maka bisa disimpulkan bahwa tidak benar Islam melecehkan perempuan. Bahkan, dalam ajaran Islam mengharuskan suami agar menghormati dan  berbuat baik kepada  istri atau perempuan.
·         Meyakini Bahwa Hanya yang Dapat Memberikah Hidayah
Maria merupakan gambaran tokoh secara fisik termasuk gadis yang cantik. Maria juga mempunyai akhlak yang baik dan sangat taat pada ajaran agamanya. Maria memeluk agama Kristen Koptik. Disamping itu, Maria juga mengakui bahwa Al-qur’an lebih dimuliakan daripada kitab-kitab lain. Berikut kutipannya :

“Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang kenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur kukatakan, Al-Quran jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian lama…” (Habiburrahman, 2004 : 23-24).

Dari kutipan diatas bisa diketahui, Maria meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab yang paling mulia. Bahkan dia suka menghapal Al-Quran tetapi Maria tetap saja beragama Kristen koptik. Ia belum mau memeluk agama islam meskipun sering membaca dan menghapal Al-Quran. Oleh karena itu, dia belum mendapat hidayah dari Allah. Hanya Allah lah yang dapat menentukan siapa-siapa saja yang berhak menerima hidayah-Nya.
·         Taat kepada Suami dan Harus Menjaga Kehormatan
Sebaik-baik istri adalah istri yang taat kepada suaminya dan harus menjaga kehormatan, baik pada saat suaminya ada maupun tidak ada. Pernyataan tersebut disampaikan Fahri ketika Fahri sedang menyampaikan tentang perempuan dalam pandangan islam. Fahri menerangkan kepada Alicia dan Aisha tentang bagaimana menjadi seorang istri dalam pandangan islam. Berikut kutipannya :

Sebaik-baik istri adalah jika kamu memandangnya membuat hatimu senang, jika kamu perintah dia mentaatimu, dan jika kamu tinggal maka dia akan menjaga untukmu harta dan dirinya. (Habiburrahman, 2004 : 265).

Dalam kutipan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam pandangan islam, kewajiban seorang istri kepada suami yaitu mentaatinya dan harus menjaga kehormatannya.
·         Keyakinan terhadap Adanya Akhirat
Nilai-nilai ajaran islam yang terkandung dalam rukun iman kelima yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta yaitu tentang keyakinan terhadap adanya hari kiamat. Berikut kutipannya :

“Istriku, hidup di dunia ini bukan segalanya. Jika kita tidak bisa lama hidup bersama di dunia, maka insya Allah kehidupan akhirat akan kekal abadi. Jadi, kumohon, istriku, jangan kau lakukan itu! Aku tidak rela, demi Allah, aku tidak rela!” (Habiburrahman, 2004 : 359).

Dari kutipan diatas, bisa disimpulkan bahwa memang benar kehidupan didunia itu bukan segalanya, melainkan ada kehidupan lain yang lebih kekal yaitu kehidupan di akhirat.
·         Selalu Berdoa Kepada Allah SWT
Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy melalui tokoh Fahri, kita diingatkan agar senantiasa selalu berdoa kepada Allah SWT.
Fahri merupakan sosok yang tidak terlepas dari mengingat Allah. Hidupnya selalu diisi dengan kegiatan yang bernilai ibadah dengan cara berdoa kepada Allah. Sebelum tidur, dia selalu membiasakan berdoa terlebih dahulu. Berikut kutipannya :

Sebelum tidur aku sudah baca shalawat dan doa. Aku tak tahu mimpi itu tafsirnya apa. Kalau Ibnu Sirin masih hidup tentu aku tanyakan pada dia. Aku beristighfar berkali-kali memohon ampunan kepada Allah jika guyonanku pada Madame Nahed tadi tidak semestinya aku lakukan…(Habiburrahman, 2004 : 146).

Dari kutipan diatas, bisa diketahui bahwa Fahri selalu meminta ampunan dengan cara selalu berdoa kepada Allah SWT.
·         Tentang Pernikahan dan Poligami
Setelah dicermati, novel Ayat Ayat Cinta juga mengandung pesan nilai-nilai ajaran islam yang berhubungan dengan pernikahan dan gambaran poligami berdasarkan islam. Laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, baik secara jasmani maupun rohani, wajib hukumnya menikah. Dalam ajaran Islam laki-laki dan perempuan yang sudah memenuhi persyaratan tersebut  dianjurkan untuk menikah. 
Pernikahan dalam novel Ayat Ayat Cinta bisa dilihat melalui tokoh Fahri yang  mempunyai istri yaitu Aisha. Sebenarnya sebelum menikah dengan Aisha,  Fahri menyimpan rasa kagum terhadap Nurul, seorang mahasiswi dari Indonesia. Ketika Fahri mau menikah dengan Aisha, seorang gadis keturunan Jerman, datang paman Nurul kepada Fahri. Nurul sebenarnya sangat mencintai Fahri, tentu saja Fahri merasa bingung. Akan tetapi, Fahri sadar, Fahri tidak mau mengkhianati janjinya untuk menikah dengan Aisha yang telah direncanakan dengan matang. Berikut kutipannya :

… Jika aku membatalkan pernikahan yang telah dirancang matang, aku tidak tahu apakah Allah  masih akan memberikan kesempatan padaku untuk mengikuti sunnah Rasul. Ataukah aku justru tidak akan punya kesempatan menyempurnakan separo agama sama sekali. Tidak selamanya perasaan harus dituruti. Akal sehat adalah juga wahyu ilahi. (Habiburrahman, 2004: 232).

Selain itu, Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy juga terdapat istilah poligami. Bisa digambarkan dengan tokoh Fahri yang menikah lagi dengan Maria yang sedang sakit parah gara-gara cintanya tidak terbalaskan oleh Fahri. Dalam ajaran islam diperbolehkan seorang laki-laki mempunyai istri lebih dari satu atau dikenal dengan istilah poligami. Namun, poligami dalam islam, harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan, yaitu harus berlaku adil.

BAB 4
PENUTUP

           Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini sangat menarik untuk dibaca, karena dilihat dari jilid dan judulnya saja, sudah memikat hati pembaca. Apalagi jika dibaca isi novelnya,  mungkin bisa membuat pembaca semakin penasaran untuk membacanya. Kualitas novel Ayat Ayat Cinta ini cukup baik, tapi kertasnya memakai kertas buram dan tiap lembarannya pun mudah rusak.
Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy jalan ceritanya sangat bagus antara unsur intrinsik dengan lainnya yang saling berkaitan dan membuat pembaca dapat mencontoh, meneladani semangat dan perjuangan tokoh tersebut. Ceritanya penuh dengan motivasi dan banyak pelajaran tentang nilai-nilai islam yang bisa diambil. Banyak orang yang menyebut karya ini sebagai novel pembangun jiwa. Siapapun yang membaca novel Ayat Ayat Cinta ini , pasti akan larut dalam suasana yang dikemas oleh penulis. Perpaduan kisah hubungan dua keluarga yang didalamnya terdapat toleransi agama antara Muslim dsan Kristen Koptik, mengantarkan pembaca untuk mencerna lebih dalam rangkaian cerita yang terjadi.
Alur ceritanya menarik karena dimainkan oleh tokoh utama yang bernama Fahri, didukung oleh Nurul, Aisha dan Maria. Kisah cinta mereka mengalir dengan indah. Menurut Fahri, cinta sejati adalah cinta yang diberikan seseorang kepada pasangan hidupnya. Walau Fahri punya rasa terhadap Nurul, namun akhirnya dia harus memberikan cinta sejatinya kepada Aisha. Sedangkan bagi Nurul, Fahri adalah cinta sejatinya. Walau Fahri sendiri terus berusaha menyadarkan Nurul agar dia bisa mencintai suaminya kelak sepenuh hati. Alur cerita semakin menarik dengan hadirnya Maria, tetangga non muslim yang tinggal satu apartemen dengan Fahri. Ternyata Maria diam-diam juga menaruh hati kepada Fahri hingga ia menderita sakit parah dan akhirnya meninggal.






1 komentar: