KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah
SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan resensi novel dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Agama dari
novel Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy, tepat pada waktunya.
Karya tulis yang berupa resensi ini, dimaksudkan untuk menambah pengalaman dan
pengetahuan penulis dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, terutama
pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia.
Dalam penyusunan resensi ini, tidak
ada sedikit hambatan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan resensi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Ibu
Novalina S.Pd selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan dapat
menyelesaikan tugas ini.
2.
Orang tua yang telah turut membantu,
membimbing dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Penyusunan
resensi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi penyempurnaan
penyusunan resensi ini di masa yang akan datang.Akhirnya, penulis berharap
semoga karya tulis ini Allah SWT
memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Ciamis, 16 November 2012
Prilian Argita Salamah
BAB
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sastrawan
di Indonesia sangatlah hebat. Banyaknya sastrawan di Indonesia yang mencapai
kurang lebih 1745 sastrawan, membuat Indonesia dijuluki dengan Negara
Sastrawan. Sastrawan adalah orang-orang
yang menghasilkan karya sastra. Kehadiran sastra ditengah peradaban manusia
tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu
realita ocial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah
seni yang memiliki budi, imajinasi dan emosi, tetapi juga dianggap sebagai
suatu karya yang kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual
disamping konsumsi emosi.
Sastra
diciptakan manusia sekaligus membicarakan manusia dengan segala
problematikanya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat untuk
dinikmati, dipahami,dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra yang lahir di
masyarakat akan selalu melibatkan diri pada masyarakat. Sastra membantu
memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Sastra sebagai bentuk seni
kelahirannya bersumber dari masyarakat dan kehidupan yang bertata nilai, yang
pada gilirannya akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai sehingga
ada suatu ikatan yang kuat antara cipta seni (sastra) dengan kehidupan. Pembentukan tata nilai ini
akan menambah kearifan dan kebijakan manusia.
Karya
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni ( Wellek & Warren,
1999:3 ). Dikatakan sebuah karya seni karena memiliki suatu nilai keindahan
dalam karya tersebut. Meskipun demikian, karya seni juga memiliki cakupan yang
cukup luas. Dengan definisi ini, seni lukis dan seni pahat, misalnya masih
termasuk dalam kategori karya sastra. Hal ini memang merepotkan. Oleh karena
itu, para ahli mempersempit definisi ini dengan mengatakan bahwa karya seni
yang termasuk dalam karya sastra adalah karya yang berupa hasil imajinasi atau
menulis kreatif ( Bachrudin, 2008:22 ). Melalui pembatasan seperti ini, buku telepon
dan buku resep masakan tentunya tidak termasuk dalam kategori karya sastra.
Begitu pula dengan berbagai jenis lukisan dan seni pahat yang tidak berbentuk
tulisan. Objek yang termasuk karya sastra adalah puisi, drama, prosa fiksi, dan
berbagai jenis karya tulis imajinatif lainnya.
Satu
diantara karya sastra yang menarik adalah novel. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, novel adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan
menceritakan sebuah kisah. Novel merupakan teks fiksi yang lahir dari daya
cipta, imajinatif, kreatif, dan eksploratif pengarang untuk menyampaikan segala
kehendak atau segala yang menggejala dalam kesadaran batin pengarang.
Penyampaian tersebut dinyatakan lewat unsur-unsur fiksional yang berlaku atau
telah menjadi konveksi dalam penulisan prosa, sehingga terwujud dalam bentuk
artefak sastra yang memuat unsur kreatif.
Berdasarkan
permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan resensi terhadap sebuah
karya sastra yang berbentuk novel dengan judul “Analisis Unsur Intrinsik dan
Nilai Agma dari novel Ayat Ayat Cinta”
karya Habiburrahman El Shirazy. Harapan penulis, hasil resensi ini dapat
menambah pengalaman dan pengetahuan dalam memahami sebuah karya sastra. Pada
sisi lain, karya tulis ini dapat member sumbangan dalam pembelajaran Sastra
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
novel yang berjudul “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy, maka yang dapat
dirumuskan adalah “Bagaimana unsur intrinsik dan nilai agama yang terdapat
dalam novel tersebut?”
1.3 Tujuan
1.1.1 Memberi informasi kepada pembaca mengenai kelebihan dan kekurangan novel.
1.1.2 Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan dalam membuat resensi.
1.1.3 Memahami konflik-konflik yang terdapat di dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
1.1.1 Memberi informasi kepada pembaca mengenai kelebihan dan kekurangan novel.
1.1.2 Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan dalam membuat resensi.
1.1.3 Memahami konflik-konflik yang terdapat di dalam novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.
BAB
2
GAMBARAN
UMUM
2.1
Identitas Buku
a. Judul
Buku : Ayat Ayat Cinta
b. Jenis
Buku : Novel
c. Pengarang : Habiburrahman El-Shirazy
d. Penerbit : Republika
e. Percetakan : PT Intermasa
f. Editor : Anif Sirsaeba
A
g. Desain
Cover dan Isi : Abdul Basith El
Qudsy
h. Tahun
Terbit : Desember 2004
i.
Tebal : 419 halaman
j.
Panjang dan Lebar : 20,5 cm x 13,5 cm
k. Angkatan :
2000
2.2
Biografi Pengarang
Habiburrahman
EL-Shirazy, lahir di Semarang 30 September 1976. Habiburrahman El-Shirazy atau
lebih dikenal dengan nama Kang Abik, merupakan seorang penulis novel terkenal
di Indonesia. Dia bahkan dinobatkan
sebagai Novelis No.1 Indonesia oleh Insani Universitas Diponegoro
(UNDIP).
Habiburrahman
El-Shirazy memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Maranggen sambil
belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Maranggen, Demak di bawah
asuhan KH.Abdul Basir Hamzah. Pada tahun 1992, ia merantau ke Kota Budaya
Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta.
Setelah
lulus dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, pada tahun 1995 ia
melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir jurusan Hadist
Fakultas Ushuluddin hingga lulus pada tahun 1999.
Gelar
Postgraduate Diploma (Pg.D) ia raih setelah Kang Abik lulus Strata 2 (S2) dari
Institute for Islamic Studies, Cairo pada tahun 2001. Profil karyanya pernah
menghiasi beberapa koran dan majalah baik lokal maupun Nasional seperti Solo
Pos, Republika, Annida, Saksi, Sabili, Muslimah, dll. Selain dikenal sebagai
seorang novelis, Habiburrahman El-Shirazy juga dikenal khalayak umum sebagai
seorang penyair, dai, bahkan sutradara.
Banyak
sekali karya-karyanya yang telah ia ciptakan dan diminati oleh masyarakat,
antara lain : Di Atas Sajadah Cinta (ditayangkan di televisi, 2004), Ayat Ayat
Cinta (2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Berbuah Surga
(2005), Dalam Mihrab Cinta (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta
Bertasbih 2 (2007), Bumi Cinta (2010), dan The Romance.
2.3
Sinopsis
Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah
seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo yang berasal dari Indonesia. Dia
tinggal di sebuah flat sederhana bersama keempat orang temannya yang juga
berasal dari Indonesia. Fahri adalah orang yang “lurus” dan sangat disiplin
terhadap peta hidupnya. Dari peta hidupnya itu, tersurat bahwa tujuan utama
yang ingin dia capai adalah lulus S2 di Al-Azhar. Namun, Fahri nampaknya tidak
bisa lepas dari kisah percintaan yang dia alami di Mesir yang rupanya sudah menjadi
qadha baginya.
Wanita pertama yang ikut
bersandiwara dalam kisah percintaannya adalah Maria. Gadis Kristen Koptik yang
mengagumi Al-Qur’an itu adalah tetangga satu flat Fahri. Keluarga Maria sangat
akrab dengan Fahri terutama Maria. Kekagumannya terhadap Fahri berubah menjadi
cinta. Sayang, cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.
Selain
Maria, ada Nurul yang juga jatuh cinta pada Fahri. Sebenarnya, Fahri juga
menaruh hati pada gadis manis ini, anak seorang kyai terkenal itu. Namun, Fahri
tidak pernah menunjukkan perasaannya karena rasa mindernya yang hanya anak
seorang petani.
Setelah itu ada Noura. Noura juga
merupakan tetangga Fahri yang selalu di siksa ayahnya sendiri. Fahri hanya
bersimpati pada Noura dan ingin menolongnya, tidak lebih. Namun, Noura
mengharap lebih. Inilah yang menjadi masalah besar ketika Fahri harus mendekam
di penjara karena Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Yang terakhir adalah Aisha. Dia lah
gadis yang di pilih Fahri untuk menjadi pendamping hidupnya. Kisah perjumpaanya
dengan Aisha di mulai dari pertemuan di Metro sampai perjodohannya oleh
rekannya sendiri yang merupakan paman Aisha, Eqbal. Aisha jatuh cinta pada
Fahri dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Saat tertimpa musibah, saat Fahri di
penjara atas tuduhan dari Noura, saat itulah Fahri di uji oleh Tuhannya. Namun,
musibah itu justru memperkuat imannya. Dan saat peristiwa itu lah yang
melibatkan Maria sebagai saksi kunci Fahri yang mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi. Maria yang sedang sekarat karena merindukan Fahri tidak bisa hadir
dalam persidangan. Hal ini yang juga menjadi ujian kesetiaan cintanya pada
Aisha karena hanya dengan sentuhan dan ucapan sayang dari Fahri, Maria dapat
tersadar.
Fahri pun menikahi Maria. Dari diary
Maria, Fahri tahu betapa Maria sangat mencintainya. Saat itu lah Maria dapat
hadir dalam persidangan untuk menjadi saksi yang pada akhirnya dapat
membebaskan Fahri.
Fahri, Aisha, dan Maria hidup
bahagia. Namun, Sang Khalik memiliki kehendak yang lain. Penyakit Maria kembali
kambuh dan ia pun meninggal dunia. Ia meninggal saat sedang memiliki wudhu dan
meninggal dalam keadaan islam.
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1. Unsur- Unsur Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di
dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik
adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi- informasi yang dapat ditemukan di
dalam karya sastra itu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra.
3.1.1 Tema
Tema
merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pembuat cerita didalam sebuah
karya tulis, novel, cerpen, puisi. Tema biasa didapat dari suatu keadaan atau motif tertentu yang terdiri dari
suatu obyek peristiwa kejadian atau lainnya .(Aminuddin, 2010:91). Berdasarkan pemahaman dari referensi yang lain dinyatakan bahwa tema
sebagai satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang didasarkan pada sebuah
karya sastra dan diungkapkan langsung maupun tidak langsung. Tema cerita
bermacam-macam, diantaranya kepahlawanan, perjuangan, percintaan, kehidupan
sosial,dan sebagainya.
Tema
cerita dari novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy adalah tentang
percintaan dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Hal ini
dapat kita lihat dengan empat orang wanita yang sama-sama menyukai satu orang
pria yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik
serta menjadi idaman bagi setiap wanita.
3.1.2
Alur / Plot
Alur merupakan cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan
terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
(Nurgiyantoro, 1995 : 113). Alur dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya
:
Ø Alur
Maju
Alur
maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Peristiwa-peristiwa
ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah
hingga akhir.
Ø Alur
Mundur
Alur mundur disebut juga alur tak kronologis,
sorot balik, regresif, atau flashback.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya.
Ø Alur Campuran
Alur campuran merupakan alur yang
dimulai dari awal/masa sekarang, masa lalu, kembali ke masa sekarang, kemudian
masa depan.
Alur
yang digunakan dalam novel “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman
El-Shirazy adalah
alur campuran. Berikut kutipannya:
Kutipan 1
Sedangkan
Saiful yang waktu SMP pernah diajak ayahnya ke Turki bercerita tentang indahnya
malam di teluk Borpolus. Ia bercerita detil teluk Borporus. Lalu mengajak kami membayangkan
bagaimana Sultan Muhammad Al-Fatir Konstantinopel dengan memindahkan puluhan
kapal di malam hari lewat daratan dan menjadikan kapal itu jembatan untuk
menembus benteng pertahanan Konstantinopel. (Habiburrahman, 2004 : 73).
Kutipan
2
Ada
pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca.
Aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri di Indonesia. Sebelum kenal
Cairo, aku adalah orang desa yang tidak kenal dengan namanya kado. Di desa,
hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua mencicipi suatu nikmat anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen
mangga yang semua tetangga dikasih biar ikut merasakan. (Habiburrahman, 2004 : 115).
Dari kutipan di atas
bisa disimpulkan bahwa alur yang digunakan dalan novel Ayat Ayat Cinta adalah
alur campuran. Pada awal memang menggunakan alur maju. Tapi, disisi lain pengarang
sering memperlihatkan kisah masa lalu dari tokoh-tokoh novel tersebut, sehingga
kita ikut terhanyut flashback ke masa lalu itu.
3.1.3 Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita. Sedangkan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh
cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadat, dan sebagainnya. (Kutha, 2007:165).
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya
tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.
Tokoh
utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan.
Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun dikenai kejadian.
Tokoh
pendukung adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak
dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama,
secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang
cerita.
Tokoh
utama dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah :
Ø Fahri yang Bijaksana
Fahri
merupakan seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo yang berasal dari
Indonesia. Watak Fahri adalah orang yang
ulet dan berpendidikan.Dalam cerita,
saat itu Fahri sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan tesis. Agar semua
cita-citanya tercapai, dia membuat rancangan hidup hingga sepuluh tahun ke
depan. Berikut kutipannya :
Masing-masing
penghuni flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di
organisasi manapun, juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membaca bahan tesis,
talaqqi qiraah sab’ah, menerjemah, diskusi intern dengan teman- teman mahasiswa
Indonesia yang sedang menempuh S2 danS3 di Cairo. (Habiburrahman, 2004 : 20).
Fahri
juga sosok seorang pemimpin. Dalam flat yangberanggotakan lima orang, dia
berperan sebagai kepala rumah tangga. Berikut kutipannya :
Sebagai
yang dipercaya untuk jadi kepala rumah keluarga, meskipun tanpa seorang ibu
rumah tangga, aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan anggota.
Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah.
Kebetulan aku yang paling tua, dan
paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal
menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di Al-Azhar… (Habiburrahman, 2004
: 19).
Dari kutipan diatas,
tokoh Fahri ini dapat diteladani oleh pembaca. Tokoh ini dapat memberi
inspirasi kepada pembaca karena sikapnya yang ulet membuat dia disiplin terhadap
rancangan hidupnya. Karena orang yang disiplin hidupnya, akhirnya akan hidup sukses.
Ø Aisha yang Sholehah
Aisha
pada awal cerita adalah seorang perempuan yang menolong nenek bule yang tidak
memiliki tempat duduk di metro. Hal ini tampak bahwa watak Aisha adalah orang yang
menghargai orang yang lebih tua. Bisa dilihat dalam kutipan berikut :
Nenek bule
kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk menggelosor di lantai.
Belum sempat nenek bule itu menggelosor, tiba-tiba perempuan bercadar itu berteriak mencegahnya. (Habiburrahman, 2004 : 41).
Aisha juga orang yang
suka mengajarkan kebaikan. Ia melakukan pertemuan dengan Fahri dan Alicia, bule
yang waktu itu bertemu di metro, untuk membahas seputar agama islam. Berikut
kutipannya :
…Berkaitan
dengan Alicia yang katanya ingin berbincang seputar islam dan ajaran moral yang
dibawanya. Alicia ingin sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di
atas metro itu. Aisha memohon dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan
baik untuk menjelaskan islam yang sebenarnya pada orang Barat. (Habiburrahman,
2004 : 91).
Dari kutipan diatas, bisa
diketahui bahwa watak tokoh Aisha ini adalah suka tolong menolong terhadap
sesama manusia dan suka mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Tokoh ini dapat
diteladani oleh pembaca karena sikapnya yang suka menolong orang yang sedang
dalam kesusahan tanpa memandang suku bangsa maupun agama.
Ø
Maria
yang Baik Hati
Maria merupakan sosok
perempuan yang sangat sopan, baik dalam berpakaian maupun dalam bertingkah
laku, seperti layaknya seorang muslimah. Berikut kutipannya:
Dalam
hal etika berbicara dan bergaul terkadang ia lebih islami daripada gadis-gadis
Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali ku dengar ia tertawa cekikikan. Ia
lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan, dan rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan
panjang sampai tumit. Hanya saja, dia tidak memakai jilbab.... (Habiburrahman, 2004
: 25).
Maria juga seorang
wanita yang perhatian, khususnya kepada Fahri, orang yang ia cintai. Berikut
kutipannya :
Maria
tiada berkedip memandangi diriku yang terbujur tiada berdaya seperti bayi.
Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah dan pipinya basah. (Habiburrahman, 2004
: 176).
Dari kutipan diatas,
tokoh Maria patut diteladani oleh pembaca karena ia mempunyai perilaku yang
baik dalam pergaulan maupun berpakaian. Selain itu, dia juga sangat menghormati
Al-Quran. Penghormatannya pada Al-Quran bahkan melebihi beberapa intelektual
muslim. Dia selalu mengucapkan hal-hal yang positif tentang islam.
Ø Nurul yang Tertutup
Nurul
adalah mahasiswi Al-Azhar yang berasal dari Indonesia. Sosok Nurul adalah orang yang suka memendam perasaannya.
Ia jatuh cinta kepada Fahri. Hal itu telah ia sampaikan kepada pamannya, agar
pamannya menjelaskan kepada Fahri. Namun, karena sesuatu hal, penyampaian itu
sudah terlambat. Berikut kutipannya :
“Orang
yang dicintai Nurul, yang namanya selalu ia sebut dalam doa-doanya, yang
membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidut entah kenapa, adalah FAHRI BIN
ABDULLAH SHIDDIQ !”. Mendengar namaku yang disebut, aku bagaikan mendengar gelegar
petir menyambar telingaku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku
dengar dari lisan Ustadz Jalal. (Habiburrahman, 2004 : 230).
Dari kutipan diatas,
bisa diketahui bahwa Nurul adalah mahasiswi Al-Azhar yang berasal dari Indonesia. Dia anak yang
baik dan pintar. Dia juga sosok orang yang suka memendam perasaannya. Ketika
pamannya akan menjelaskan tentang perasaan Nurul yang jatuh cinta kepada Fahri,
tetapi penyampaian itu sia-sia karena Fahri
akan segera menikah dengan Aisha. Perilaku itu sebaiknya jangan di tiru, karena
lebih baik kita jujur dan terbuka daripada pada akhirnya kita harus menyesal.
Ø Noura yang Malang
Noura
merupakan mahasiswi Al-Azhar. Sosok seorang Noura adalah orang yang pintar,
namun nasibnya selama ini sangat malang sekali. Dia sering disiksa oleh ayahnya
yang bernama Bahadur. Berikut kutipannya:
Kami
kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. Namanya Noura. Nama
yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tidak seindah nama dan paras
wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma’had Al-Azhar putri. Sekarang sedang
libur musim panas…(Habiburrahman, 2004 : 73).
Meskipun nasibnya
sangat malang, tetapi disisi lain dia juga orang yang kejam. Ia menuduh Fahri yang
melakukan pemerkosaan kepadanya. Berikut kutipannya:
“Saya
telah beberapa kali minta pertanggung jawabannya dan menyelesaikan masalah ini
dengan baik-baik. Saya menuntut janjinya yang mau mengawini saya, tenyata ia
berkelit. Ia bahkan menuduh saya pelacur. Uang dua puluh pound yang dia berikan
itu ia anggap sebagai harga diri saya. Betapa remuk dan hancur hati saya. Dia
malah menikah dengan gadis Turki. Dia benar-benar manusia yang sangat busuk
hatinya. Saya minta kepada pengadilan untuk memberikan hukuman yang setimpal
dengan perbuatan terkutuknya !”. (Habiburrahman, 2004 : 336).
Dari kutipan diatas,
bisa diketahui watak dari Noura. Tokoh ini tidak baik untuk kita tiru, meskipun
cintanya tidak terbalas, sebaiknya dia
jangan membawa orang yang tidak bersalah ke masalah yang sedang dia
hadapi.
3.1.4 Latar / Setting
Latar adalah peristiwa
dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki
fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Latar dibagi menjadi
tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Ø Latar
Tempat
Merupakan suatu unsur
intrinsik dalam sebuah cerita yang menunjukkan suatu tempat dalam rentangan
kejadian dalam cerita. Latar tempat yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta,
yaitu :
·
Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq
Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang
terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara Cairo adalah tempat mengaji, talaqqi
dan belajar qiraah sab’ah Fahri kepada para ulama besar. Berikut kutipannya :
Dengan
tekad bulat, setelah mengusir rasa aras-arasen aku bersiap untuk keluar. Tepat
pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang
terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi pada Syaikh
Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah dan ushul
tafsir... (Habiburrahman, 2004 : 16).
·
Mahathah
Metro
Metro ini adalah bus
yang sering ditumpangi Fahri, karena menurutnya metro termasuk kendaran yang
nyaman dan ongkosnya pun murah. Berikut kutipannya :
Di
luar masjid, terik matahari dan gelombang angin panas langsung menyerang.
Cepat-cepat kuanyunkan kaki, berlari-lari kecil menuju mahathah metro yang berada tiga puluh lima meter dihadapanku. Ups,
sampai juga akhirnya. Aku langsung menuju loket penjualan tiket. (Habiburrahman,
2004 : 32).
·
Flat
Flat merupakan tempat
tinggal Fahri dan lima orang teman-temannya yang berasal dari Indonesia. Flat
ini terletak di Kota Cairo. Berikut kutipannya :
Memang,
istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman
daripada berjalan ke luar rumah, meski sekedar untuk shalat berjamaah di
masjid. Panggilan azan Zuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero
kota hanya mampu menggugah dan menggerakan hati mereka yang benar-benar tebal
imannya…(Habiburrahman, 2004 : 15).
·
Rumah
Sakit
Rumah
sakit ini adalah tempat Maria dirawat yang dimana Fahri pun pernah di rawat di
rumah sakit ini Berikut kutipannya :
Rumah
sakit ini adalah tempat Maria dirawat adalah rumah sakit tempat aku dulu
dirawat. Begitu sampai disana Madame Nahed langsung meminta temannya untuk
memeriksa kesehatanku. Aku sempat minta kepada Madame Nahed menghubungi Aisha
yang tinggal di rumah Paman Eqbal yang tak jauh dari rumah sakit. Seorang
dokter memeriksa tekanan darahku dan lain sebagainya dengan proses yang cepat…(Habiburrahman,
2004 : 367).
Ø
Latar
Waktu
Merupakan waktu
terjadinya peristiwa dalam cerita atau dongeng. Latar waktu yang dipaparkan
penulis dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah pada pagi hari, siang, sore, dan
malam hari.
·
Pagi dini hari
Pagi
dini hari yaitu ketika Fahri dan teman-temannya mendengar Noura disiksa oleh
Bahadur. Berikut kutipannya :
Tepat
pukul satu dini hari kami melihat hal yang membuat hati miris. Noura disiksa
dan diseret dini hari ke jalan oleh ayahnya dan kakak perempuannya. (Habiburrahman,
2004 : 74).
·
Siang
hari
Siang hari adalah
ketika Fahri selalu melakukan aktivitas hariannya. Berikut kutipannya :
Dengan
tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen aku bersiap untuk keluar.
Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq
yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung Kota Cairo untuk talaqqi pada Syaikh Utsman Abdul Fathah... (Habiburrahman, 2004 : 16).
·
Sore
hari
Sore hari adalah ketika Fahri pulang ke
flatnya. Berikut kutipannya :
…Aku
lupa belum sarapan sejak pagi. Sampai di halaman apartemen aku sempat melihat
jam tangan. Pukul tiga seperempat. Kepalaku seperti di tusuk tembak berkarat.
Sangat sakit. Begitu membuka pintu rumah, aku merasa tidak kuat melangkahkan
kaki. Kepala terasa seperti digencet palu tajam. Lalu aku tidak tahu apa yang
terjadi. Mataku menangkap kilatan cahaya putih lalu gelap. (Habiburrahman, 2004
: 173).
·
Malam
hari
Pada malam hari, Fahri
makan bersama teman satu flatnya. Berikut kutipannya:
Tepat
tengah malam, kami pergi ke suthuh.
Membawa tikar, nampan besar, empat gelas plastic, ashir mangga, tamar hindi,
dan dua bungkus firoh masywi yang
masih hangat dan sedap baunya. Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat
digelar diatas nampan. Sambal ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari
bungkusnya. Tak lupa acar dan lalapan mentimun. Satu ayam untuk dua orang. (Habiburrahman,
2004 : 71).
Ø
Latar
Suasana
Merupakan
suasana sekeliling saat terjadinya peristiwa yang menjadi pengiring atau latar
belakang kejadian penting. Suasana di dalam novel Ayat Ayat Cinta ini lebih di
dominasi dengan haru. Suasana-suasana lain yang tampak pada novel tersebut
adalah senang, sedih, bahagia, dan mencekam.
·
Senang
Suasana
senang tampak ketika Fahri lulus dan bisa menulis tesis. Berikut kutipannya :
“Mabruk.
Kamu lulus. Kamu bisa menulis tesis. Tadi sore pengumumannya keluar”. Aku
merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras ke dalam
ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu aku bersujud
syukur dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan
Tuhan...(Habiburrahman, 2004 : 69 – 70).
·
Sedih
Suasana
sedih tampak pada Maria yang merasakan sakit hati pada Fahri hingga Maria koma
di rumah sakit. Berikut kutipannya :
Aku tak mampu menatapnya. Maria yang kulihat itu
tidak seperti Maria yang dulu. Ia tampak kurus. Mukanya pucat dan layu. Tak ada
senyum di bibirnya. Matanya terpejam rapat. Air matanya terus meleleh. Entah
kenapa tiba-tiba mataku basah. Seorang dokter setengah baya memintaku untuk
berbicara dengan suara yang datang dari jiwa agar bisa masuk ke dalam jiwa
Maria. “Ini penyakit cinta, hanya bisa disembuhkan dengan getaran-getaran cinta.”
katanya padaku. (Habiburrahman, 2004 : 367).
·
Mencekam
Suasana mencekam tampak
ketika Fahri berada di sel tahanan. Berikut kutipannya:
Polisi
gendut melepas pakaianku. Lalu menyuruhku berdiri menghadap tembok. Setelah itu
aku merasakan sebetan cambuk yang perih di punggungku. Tidak sepuluh kali tapi
lima belas kali. Aku merasakan sakit luar biasa. Mereka lalu melepas borgolku
dan menyeretku ke sebuah ruangan, melicuti semua pakaianku kecuali pakaian
dalam, juga sepatuku. Dalam keadaan hanya memakai celana dalam mereka
menggunduliku. Lalu melempar seragam tahanan ke arahku. (Habiburrahman, 2004 : 310).
3.1.5 Sudut Pandang
Sudut Pandang adalah
cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya
(Aminuddin, 2010:90). Dalam cerita fiksi, mungkin saja pengarang hadir di dalam
cerita yang diciptakannya sebagai pelaku pertama atau mungkin ketiga.
Dalam novel Ayat Ayat
Cinta, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yang ditandai dengan
penggunaan kata “Aku” dalam cerita ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang
menceritakan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan yang menyangkut diri
pelaku secara lebih jelas. Berikut kutipannya :
Aku
sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa
dibayangkan betapa kacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang
beterbangan.Suasana yang jauh dari nyaman. Namun niatku harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu ‘ala Allah,
pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan… Wuss! (Habiburrahman, 2004 : 18).
3.1.6 Gaya Bahasa
Gaya Bahasa atau Majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran
dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam
novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini cukup sempurna,
kata-kata bahasanya berpadu tanpa ada unsur yang membosankan. Dalam novel Ayat
Ayat Cinta, gaya bahasa yang digunakan pengarang adalah sebagai berikut
·
Gaya Bahasa Hiperbola
Adalah suatu jenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang sengaja dilebih-lebihkan, baik dari segi jumlahnya, ukurannya
maupun sifatnya dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat. (Tarigan, 2009:55).
Gaya bahasa tersebut terdapat dalam penggalan kata berikut :
Aku cepat-cepat
melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat Zuhur. Panasnya bukan main. (Habiburrahman,
2004 : 22).
Dalam
penggalan teks di atas terdapat kata bukan main, yang terkandung maksud bahwa
pada saat zuhur terlalu panas dan tidak dapat ditentukan berapa derajat
suhunya. Kelompok kata itu merupakan pembentuk gaya bahasa hiperbola.
·
Gaya
Bahasa Litotes
Adalah salah satu jenis gaya bahasa yang
berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja disederhanakan, dikecil-kecilkan, atau
dikurangi yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Hal itu dilakukan dengan
maksud untuk merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri. Gaya Bahasa
Litotes ditemukan dalam novel Ayat Ayat Cinta, dalam penggalan kata berikut :
Peninggalan
kakek yang sangat sederhana dan sawah seperempat bahu. (Habiburrahman, 2004 : 108).
Pada penggalan teks tersebut terdapat
ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan
diri yaitu sawah seperempat bahu.
·
Gaya Bahasa
Simile
Adalah gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan atau penghubung seperti layaknya, bagaikan,
umpama, ibarat. Gaya bahasa simile ditemukan dalam novel Ayat Ayat Cinta, dalam
penggalan kata berikut :
Tengah hari ini,
kota Cairo seakan membara. (Habiburrahman, 2004 : 15).
Dalam
penggalan teks diatas, terdapat gaya bahasa perumpamaan /simile. Hal ini
ditandai dengan adanya kata hubung seakan. Kata seakan adalah ciri dari gaya
bahasa simile.
·
Gaya Bahasa
Personifikasi
Adalah gaya
bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat- sifat manusia
kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup. Gaya bahasa ini tedapat dalam novel Ayat Ayat
Cinta. Berikut penggalan katanya :
Seumpama lidah api yang menjulur
dan menjilat- jilat bumi. (Habiburrahman, 2004 : 15).
Dalam
penggalan teks diatas, terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu lidah api yang seolah-olah berperilaku seperti manusia yakni
menjulur dan menjilat-jilat. Hal ini yang dipaparkan dalam penggalan teks itu
menandakan bahwa lidah api atau sinar matahari yang bersinar ke bumi.
·
Gaya
Bahasa Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan
dua hal secara langsung yang memiliki sifat yang sama, tetapi dalam bentuk
singkat. Hal ini ditemukan dalam penggalan teks yang berisi kalimat bergaya
bahasa metafora dalam novel Ayat Ayat Cinta. Berikut penggalan teks yang
bergaya bahasa metafora :
Matahari berpijar di tengah petala
langit. (Habiburrahman, 2004 : 15).
Pada
penggalan teks diatas terdapat petala langit yang berarti tingkatan langit yang
paling tinggi sehingga kedudukan matahari disamakan dengan petala langit yang
tingkatnya tinggi dan jauh.
3.1.7 Amanat
Amanat
adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberi
ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada
tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit
yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau
larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Pesan
yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini adalah :
·
Selalu
berusaha dan bekerja keras jika kamu ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan.
·
Harus
selalu bersabar dalam menghadapi kehidupan serta ikhlas dalam menjalaninya dan jangan putus
asa.
·
Dalam
merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan yang menghadang tujuan yang akan
dicapai tidak akan berjalan dengan mulus.
3.2 Nilai Agama
Suatu
nilai lebih menitik beratkan pada keagamaan. Nilai agama adalah nilai-nilai
yang terdapat di luar karya sastra yang meliputi nilai dan norma, kerohanian,
dan keagamaan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Dalam novel “Ayat Ayat
Cinta “ mengandung nilai agama yang tinggi yang terdapat pada tokoh utamanya,
yaitu Fahri. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat Ayat Cinta adalah
sebagai berikut:
·
Bertawakal
Kepada Allah SWT
Bertawakal kepada Allah merupakan
pengakuan atau keyakinan terhadap adanya Allah. Dalam novel Ayat Ayat Cinta
dilukiskan tentang Fahri yang mencari ilmu keislaman dengan belajar membaca
Al-Quran. Mencari ilmu keislaman di Mesir tidak mudah bagi mahasiswa Indonesia
karena harus melawan panasnya suhu. Mengingat Fahri mahasiswa yang berasal dari
Indonesia, tentu keadaan itu sangat menyiksa.
Namun,
dengan kemauan yang kuat dan sikap bertawakal kepada Allah, Fahri tetap berangkat untuk mengaji meskipun suhu
udara di luar panas sekali disertai dengan angin kencang. Cuaca panas itu
sempat membuat Fahri ragu untuk berangkat mengaji. Tetapi dengan menyebut nama
Allah dan bertawakal kepada-Nya, Fahri pun berangkat mengaji. Berikut
kutipannya :
Aku sedikit ragu
mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin sahara terdengar mendesau-desau.
Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapa kacaunya di luar sana. Panas
disertai gulungan debu yang beterbangan.Suasana yang jauh dari nyaman. Namun
niat harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu
‘ala Allah, pelan- pelan kubuka pintu apartemen. Dan… (Habiburrahman, 2004 : 18).
Dari kutipan di atas apa pun keadaannya,
Fahri selalu bertawakal kepada. Dengan bertawakal seperti itu, segala
sesuatunya akan terasa menjadi ringan. Dengan mengucapkan bismillah tawakkaltu
’ala Allah, yang artinya dengan menyebut nama Allah, Fahri pun menguatkan
niatnya pergi untuk mengaji.
·
Sabar Dalam Menghadapi Cobaan
Kata sabar mengandung makna ikhtiar.
Kata sabar juga mengandung pengertian ikhlas, yaitu ihklas menerima semua
keputusan Allah. Sabar dalam novel Ayat Ayat Cinta digambarkan dengan bagaimana
Fahri dalam menghadapi cobaan. Ia difitnah telah memperkosa Noura. Akibat dari
fitnahan itu, Fahri harus mendekam di penjara. Ia didakwa akan dihukum mati
dengan cara dihukum gantung sesuai dengan hukum yang berlaku di Mesir. Ikhlas
dan sabar dalam menerima cobaan dari Allah tampak ketika Fahri sedang berada di
dalam penjara. Kemudian, ia dikunjungi oleh Aisha dan Paman Eqbal. Berikut
kutipannya :
Apapun
yang akan terjadi aku harus siap menerimanya.Untuk membesarkan hati, aku
kembali mengingat kisah Nabi Yahya yang mati muda, kepalanya dipenggal dan
dihadiahkan kepada seorang pelacur. Kalau kehidupan dunia adalah segalanya maka
kesalehan seorang nabi tiada artinya. (Habiburrahman, 2004 : 355).
Dari kutipan di atas bisa digambarkan
keikhlasan dan kesabaran Fahri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Cobaan yang
diberikan oleh Allah kepada dirinya merupakan ujian yang harus dihadapi dengan
ikhlas dan sabar.
·
Pentingnya
Mencari Ilmu
Mencari ilmu dalam Islam merupakan suatu
kewajiban. Bahkan, dalam salah satu Hadis Nabi disebutkan bahwa ”Mencari ilmu
itu diwajibkan bagi muslim dan muslimat”. (H.R. Bukhari Muslim). Pentingnya mencari ilmu dalam novel Ayat Ayat Cinta ini
bisa dilihat dari Fahri dan teman-temannya yang bersekolah sampai ke negara
Mesir. Teman Fahri, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah, sedang menempuh
progam S-1 di Universitas Al-Azhar. Sementara itu, Fahri sedang merampungkan magisternya
di Universitas Al-Azhar. Berikut kutipannya :
Dalam
flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi, Hamdi dan Mishbah. Kebetulan
aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir. Secara akademis aku juga yang
paling tinggi. Aku tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master
Al-Azhar. Yang lain masih program S.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau
masuk tingkat empat. Sedangkan Misbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman
kelulusan untuk memperoleh gelar Lc.
Atau Licence… (Habiburrahman, 2004 : 19).
Kutipan diatas menunjukkan pentingnya
mencari ilmu seperti yang digambarkan oleh Fahri dan teman-temannya yang
mencari ilmu sampai ke Negara Mesir. Dalam islam, mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim dan muslimah. Rasulullah SAW pernah berkata kepada sahabatnya
“Carilah ilmu itu meskipun sampai ke Negara Cina”.
·
Menghormati
Tamu
Akhlak yang diteladankan Rasulullah,
diantaranya menghormati tamu. Nabi Muhammad pernah berkata kepada sahabatnya
bahwa kelak kalau membangun Mesir harus ditanamkan sikap halus dan ramah kepada
masyarakatnya. Hal tersebut terlihat pada Fahri. Berikut kutipannya :
“Terus
terang, aku sangat kecewa pada kalian ! Ternyata sifat kalian tidak seperti
yang digambarkan Baginda Nabi. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang Mesir
sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepada sahabatnya, jika kelak
membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah. Tapi ternyata kalian
sangat kasar… (Habiburrahman, 2004 : 47).
Dari kutipan tersebut diterangkan
bagaimana cara menghormati tamu dengan tidak memandang suku bangsa maupun
agama. Setiap manusia harus saling menghargai dan menghormat.
·
Menghormati
dan Menghargai Perempuan
Dalam novel Ayat Ayat Cinta, Fahri
dengan panjang lebar menerangkan kepada Alicia dan Aisha tentang harus
menghormati perempuan menurut islam. Alicia menyampaikan pertanyaannya kepada
Fahri karena di Amerika berkembang pendapat tentang Islam yang melecehkan
perempuan. Menurut sebagian besar orang-orang Amerika, dalam ajaran Islam
seorang suami memperbolehkan memukul istrinya. Fahri menjelaskan kepada Alicia
dan Aisha tentang bagaimana Islam
memandang perempuan. Berikut kutipannya :
“Tidak
benar ajaran islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradab itu. Rasulullah
Saw dalam sebuah hadisnya bersabda, ‘La tadhribu imaallah!’ Maknanya, Jangan kalian pukul kaum perempuan !’
Dalam hadis yang lain, beliau menjelaskan bahawa sebaik-baik lelaki atau suami
adalah yang berbuat baik pada istrinya…(Habiburrahman, 2004 : 97).
Dari kutipan diatas, maka bisa disimpulkan
bahwa tidak benar Islam melecehkan perempuan. Bahkan, dalam ajaran Islam
mengharuskan suami agar menghormati dan
berbuat baik kepada istri atau
perempuan.
·
Meyakini Bahwa Hanya yang Dapat
Memberikah Hidayah
Maria merupakan
gambaran tokoh secara fisik termasuk gadis yang cantik. Maria juga mempunyai
akhlak yang baik dan sangat taat pada ajaran agamanya. Maria memeluk agama
Kristen Koptik. Disamping itu, Maria juga mengakui bahwa Al-qur’an lebih
dimuliakan daripada kitab-kitab lain. Berikut kutipannya :
“Jangan
kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang kenyataannya
demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur
kukatakan, Al-Quran jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci
lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian lama…” (Habiburrahman,
2004 : 23-24).
Dari kutipan diatas bisa diketahui,
Maria meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab yang paling mulia. Bahkan dia suka
menghapal Al-Quran tetapi Maria tetap saja beragama Kristen koptik. Ia belum
mau memeluk agama islam meskipun sering membaca dan menghapal Al-Quran. Oleh
karena itu, dia belum mendapat hidayah dari Allah. Hanya Allah lah yang dapat
menentukan siapa-siapa saja yang berhak menerima hidayah-Nya.
·
Taat kepada Suami dan Harus Menjaga
Kehormatan
Sebaik-baik istri adalah istri yang taat
kepada suaminya dan harus menjaga kehormatan, baik pada saat suaminya ada
maupun tidak ada. Pernyataan tersebut disampaikan Fahri ketika Fahri sedang
menyampaikan tentang perempuan dalam pandangan islam. Fahri menerangkan kepada
Alicia dan Aisha tentang bagaimana menjadi seorang istri dalam pandangan islam.
Berikut kutipannya :
Sebaik-baik
istri adalah jika kamu memandangnya membuat hatimu senang, jika kamu perintah
dia mentaatimu, dan jika kamu tinggal maka dia akan menjaga untukmu harta dan
dirinya.
(Habiburrahman, 2004 : 265).
Dalam
kutipan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam pandangan islam, kewajiban seorang
istri kepada suami yaitu mentaatinya dan harus menjaga kehormatannya.
·
Keyakinan terhadap Adanya Akhirat
Nilai-nilai
ajaran islam yang terkandung dalam rukun iman kelima yang terdapat dalam novel
Ayat Ayat Cinta yaitu tentang keyakinan terhadap adanya hari kiamat. Berikut
kutipannya :
“Istriku,
hidup di dunia ini bukan segalanya. Jika kita tidak bisa lama hidup bersama di
dunia, maka insya Allah kehidupan akhirat akan kekal abadi. Jadi, kumohon,
istriku, jangan kau lakukan itu! Aku tidak rela, demi Allah, aku tidak rela!” (Habiburrahman,
2004 : 359).
Dari kutipan diatas, bisa disimpulkan
bahwa memang benar kehidupan didunia itu bukan segalanya, melainkan ada
kehidupan lain yang lebih kekal yaitu kehidupan di akhirat.
·
Selalu Berdoa Kepada Allah SWT
Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy melalui tokoh Fahri, kita diingatkan agar senantiasa
selalu berdoa kepada Allah SWT.
Fahri merupakan sosok yang tidak
terlepas dari mengingat Allah. Hidupnya selalu diisi dengan kegiatan yang
bernilai ibadah dengan cara berdoa kepada Allah. Sebelum tidur, dia selalu
membiasakan berdoa terlebih dahulu. Berikut kutipannya :
Sebelum
tidur aku sudah baca shalawat dan doa. Aku tak tahu mimpi itu tafsirnya apa.
Kalau Ibnu Sirin masih hidup tentu aku tanyakan pada dia. Aku beristighfar
berkali-kali memohon ampunan kepada Allah jika guyonanku pada Madame Nahed tadi
tidak semestinya aku lakukan…(Habiburrahman, 2004 : 146).
Dari kutipan diatas, bisa diketahui
bahwa Fahri selalu meminta ampunan dengan cara selalu berdoa kepada Allah SWT.
·
Tentang Pernikahan dan Poligami
Setelah dicermati, novel Ayat Ayat Cinta
juga mengandung pesan nilai-nilai ajaran islam yang berhubungan dengan
pernikahan dan gambaran poligami berdasarkan islam. Laki-laki dan perempuan
yang sudah dewasa, baik secara jasmani maupun rohani, wajib hukumnya menikah.
Dalam ajaran Islam laki-laki dan perempuan yang sudah memenuhi persyaratan
tersebut dianjurkan untuk menikah.
Pernikahan
dalam novel Ayat Ayat Cinta bisa dilihat melalui tokoh Fahri yang mempunyai istri yaitu Aisha. Sebenarnya
sebelum menikah dengan Aisha, Fahri
menyimpan rasa kagum terhadap Nurul, seorang mahasiswi dari Indonesia. Ketika
Fahri mau menikah dengan Aisha, seorang gadis keturunan Jerman, datang paman
Nurul kepada Fahri. Nurul sebenarnya sangat mencintai Fahri, tentu saja Fahri
merasa bingung. Akan tetapi, Fahri sadar, Fahri tidak mau mengkhianati janjinya
untuk menikah dengan Aisha yang telah direncanakan dengan matang. Berikut
kutipannya :
… Jika aku
membatalkan pernikahan yang telah dirancang matang, aku tidak tahu apakah
Allah masih akan memberikan kesempatan
padaku untuk mengikuti sunnah Rasul. Ataukah aku justru tidak akan punya
kesempatan menyempurnakan separo agama sama sekali. Tidak selamanya perasaan
harus dituruti. Akal sehat adalah juga wahyu ilahi. (Habiburrahman, 2004: 232).
Selain itu, Dalam novel Ayat Ayat Cinta
karya Habiburrahman El-Shirazy juga terdapat istilah poligami. Bisa digambarkan
dengan tokoh Fahri yang menikah lagi dengan Maria yang sedang sakit parah
gara-gara cintanya tidak terbalaskan oleh Fahri. Dalam ajaran islam
diperbolehkan seorang laki-laki mempunyai istri lebih dari satu atau dikenal
dengan istilah poligami. Namun, poligami dalam islam, harus mengikuti aturan-aturan
yang telah ditentukan, yaitu harus berlaku adil.
BAB
4
PENUTUP
Novel Ayat Ayat Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy ini sangat menarik untuk dibaca, karena dilihat dari
jilid dan judulnya saja, sudah memikat hati pembaca. Apalagi jika dibaca isi
novelnya, mungkin bisa membuat pembaca
semakin penasaran untuk membacanya. Kualitas novel Ayat Ayat Cinta ini cukup
baik, tapi kertasnya memakai kertas buram dan tiap lembarannya pun mudah rusak.
Dalam novel Ayat Ayat Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy jalan ceritanya sangat bagus antara unsur intrinsik
dengan lainnya yang saling berkaitan dan membuat pembaca dapat mencontoh,
meneladani semangat dan perjuangan tokoh tersebut. Ceritanya penuh dengan
motivasi dan banyak pelajaran tentang nilai-nilai islam yang bisa diambil.
Banyak orang yang menyebut karya ini sebagai novel pembangun jiwa. Siapapun
yang membaca novel Ayat Ayat Cinta ini , pasti akan larut dalam suasana yang
dikemas oleh penulis. Perpaduan kisah hubungan dua keluarga yang didalamnya
terdapat toleransi agama antara Muslim dsan Kristen Koptik, mengantarkan
pembaca untuk mencerna lebih dalam rangkaian cerita yang terjadi.
Alur ceritanya menarik karena dimainkan oleh
tokoh utama yang bernama Fahri, didukung oleh Nurul, Aisha dan Maria. Kisah
cinta mereka mengalir dengan indah. Menurut Fahri, cinta sejati adalah cinta
yang diberikan seseorang kepada pasangan hidupnya. Walau Fahri punya rasa terhadap Nurul, namun akhirnya dia harus
memberikan cinta sejatinya kepada Aisha. Sedangkan bagi Nurul, Fahri adalah
cinta sejatinya. Walau Fahri sendiri terus berusaha menyadarkan Nurul agar dia bisa
mencintai suaminya kelak sepenuh hati. Alur cerita semakin menarik dengan hadirnya Maria,
tetangga non muslim yang tinggal satu apartemen dengan Fahri. Ternyata Maria
diam-diam juga menaruh hati kepada Fahri hingga ia menderita sakit parah dan akhirnya meninggal.
thanks
BalasHapus